Rabu, 06 Juni 2012

Menyikap Konspirasi Iran - Amerika di Afghanistan (Kebohongan Iran sebagai Pejuang Islam)


Ketika isu nuklir semakin gencar dan Russia dengan giatnya membantu Iran membuat senjata itu, media Barat diam-diam menyembunyikan isu tersebut. Beritanya pun jarang terdengar, bahkan tidak menjadi perhatian sama sekali oleh para penganalisis politik Timur Tengah disana.
Sebelumnya, kebanyakan analis begitu bersemangat untuk merealisasikan teori mereka atas serangan Amerika terhadap Iran akan terjadi. Dan hal itu sudah tidak mengherankan lagi karena begitu sangat populernya di Barat.
Bahkan dalam tulisan mereka, para jenderal Amerika sendiri begitu berapi-api nya mengatakan tentang isu nuklir. Menurut analis, para jenderal Barat telah menetapkan tanggal untuk melakukan serangan ke Iran.
Siapa pun yang membaca tulisan para analisis Timur Tengah itu, pasti terpesona dan percaya tanggal tersebut, tapi kini tanggal serangan itu hanya menjadi lelucon saja dan berlalu dengan kebohongan yang nyata.
Benarkah Iran akan diserang?  Dengan faktor yang berbeda antara Iran dan Irak, Iran tidak mungkin melakukan serangan terkecuali di Irak dan negara-negara Arab yang sudah tidak memiliki cadangan minyak, dan kondisi pada saat itu selalu dan hanya Iran saja yang menyimpan bahan bakar itu. Itulah faktor terbesarnya.
Mari kita tengok sejarah, tidak ada ceritanya Syiah akan berperang melawan Yahudi Kristen. Dalam perang Salib, Salahuddin al-Ayyubi telah merasakan perbuatan cela Syiah Fatimiah yang bersekongkol dengan kekuasaan Kristen ketika itu. LaluDaulah Utsmaniyah di Turki, yang begitu lama berperang dengan Syiah Safawiyyah Imamiyyah di utara Iran yang berbasis di Tabriz. Lihatlah pengkhianatan pemimpin Syiah di India terhadap muslim sunnah di benua itu yang bekerjasama dengan Inggris.
Kasus Afganistan dan Irak seharusnya menjadi bahan yang sangat penting bagi para analis dalam mengkaji hubungan antara Iran dan Amerika. Malah lebih mendalam mengenai hubungan Iran dengan Israel. Kini pengakuan demi pengakuan muncul, media-media telah mengungkap rahasia di balik permusuhan sebenarnya antara Iran dan Amerika/Yahudi.
Dimulai satu isu yang menjadi kontroversi hingga kini, ketika terjadi perang Iran-Irak dahulu, Amerika menjual senjatanya kepada Iran melalui tangan Israel, sangat mengherankan, tidak seorang pun analis politik mengomentari isu yang begitu panas di Amerika, yang melibatkan hampir separuh dari pejabat -pejabat di era Bush.
Berita itu sepertinya tidak mengherankan, karena saat itu Saddam adalah sekutu utama Amerika sedangkan Iran sebagai musuh utama Amerika bertindak sewajarnya, bahkan tidak pernah berhubungan dengan Amerika.
Kontribusi Iran yang begitu sangat besar kepada Presiden Amerika, membuat Iran yang didaulat sumbu kejahatan dan musuh pertama Amerika sampai hari ini tidak pernah menerima sebiji bom pun dari Amerika. Sebaliknya kejahatan Saddam terhadap Iran pada perang teluk dahulu menjadi alasan terkuat untuk Amerika menobatkan kekuatan Syiah di Irak pada 20 April 2003 sampai hari ini.
Fakta yang dikemukakan bukanlah omong kosong atau rekaan belaka. Mantan Wakil Presiden Iran Mohd Ali al-Abtahi pun pernah berkata: “Jika tidak karena Iran, Kabul dan Baghdad tidak akan jatuh ke tangan Amerika”.
Pada 2 Februari 2008, Duta Amerika untuk PBB yang juga mantan Duta Serikat untuk Irak yang sangat populer ketika itu, Zalmay Khalilzad, merupakan salah seorang pengatur skenario serangan terhadap Irak. Ia mengaku kontribusi Iran terhadap jatuhnya Afghanistan dan Baghdad adalah kerjasama antara Iran dan Amerika, bahkan beliau sendiri merupakan juru runding antara kedua pemerintahan tersebut.
Ternyata, kita telah diperdaya oleh media-media Barat, yang katanya Iran telah menolong dan melindungi pejuang Taliban dan Al-Qaeda. Tetapi mengenai ini dijelaskan dengan rinci oleh pejabat-pejabat NATO di Afghanistan bahwa Iran tidak pernah membantu pejuang Taliban.
Sudah amatlah tegas, bahwa Iran begitu sangat membenci Taliban. Bagi Iran Taliban Afghanistan merupakan pejuang Sunnah sejati, di atas aqidah dan pegangan itulah Iran sebagai Syiah benar-benar sangat membencinya.
Orang-orang di luar sana mungkin menganggap fakta ini adalah provokasi antara Sunni dan Syiah. Itu berdasarkan semata-mata karena kedangkalan dan tidak mau tahu tentang siapa Syiah sebenarnya.
Bukti nyata lainnya, yakni pertemuan antara Presiden Afghanistan Hamid Karzai dan Manushehr Muttaki, Menlu Iran, Presiden Afghan menjelaskan secara gamblang perbuatan Iran bersama Amerika untuk melenyapkan Afghanistan. kemudian Muttaki mengkonfirmasikannya dengan rinci.
Satu kondisi agak pelik, dimana Iran bermusuhan dengan Amerika tetapi bekerjasama erat dengan Hamid Karzai di Afghanistan dan Nuri al-Maliki di Irak, termasuk juga dengan pemerintah India untuk kerjasama nuklir. Perjanjian Bonn atau Bonn Conference telah mencatat dengan baik kemesraan Amerika dan Iran untuk melenyapkan Taleban Afghanistan.
Di Irak kerjasama antara Iran dan Amerika sudah bukan rahasia lagi bagi analis barat. Bekas Menlu Inggris, Jack Straw merupakan penghubung antara Inggris dan Amerika untuk membujuk Hashemi Rafsanjani sebelum serangan 2003. Amerika merupakan konektor nyawa partai-partai Syiah seperti SCIRI dan Partai da’wa Islamiyyah begitu juga Kurdi sekuler saat Saddam berkuasa. Pemimpin SCIRI, Mohamad Baqir al-Hakim dan saudaranya Abd. Aziz al-Hakim berada dalam pengasingan di Iran. merekan disponsori oleh Amerika melalui Ahmad Chalabi, Syiah tali barut Amerika di London yang selalu berulang kali ke Iran.
Dan hari ini mayoritas tampuk kekuasaan pemerintahan Irak adalah Syiah. Mayoritas tentaranya juga Syiah. Ratusan ribu orang Sunni telah dihalau setiap bulannya oleh Syiah, sepert laporan yang dilansir oleh PBB. Pembersihan etnis Sunni sendiri didalangi kelompok milisi Syiah dan Tentara Mehdi.
Media menghebohkan serangan antara tentara Mehdi dan para penjajah tetapi yang terbunuh malah puluhan ribu penduduk Sunni. Itulah cerita sebenarnya di Fallujah. Dunia sepertinya melupakan Fallujah, kawasan ulama-ulama Sunni. Hakikatnya, memang benar tentara Mehdi bertemu dengan tentara penjajah tetapi disusul dengan intervensi pemerintah Syiah yang mana pengikut-pengikut Muqtada Sadr adalah antara kelompok terbesar dalam pemerintah Irak.
Perdamaian pun akhirnya terjadi antara Syiah dan para penjajah, tetapi Ahli Sunnah yang menjadi korbannya. Pengakuan pejabat pemerintah Irak hari ini, bahwa mayoritas terbesar dalam penjara Irak adalah kaum Sunni.
Pokok persoalannya ketika itu adalah kemana perginya Suriah, yang dimomokkan sumbu kejahatan bersama Korea Utara dan Iran? Kemana pergi Suriah yang dinyatakan korban setelah Irak? Benarkah Iran adalah korban berikutnya setelah Suriah lenyap tanpa berita? penulis yang selalu mengikuti permainan media dan aktor-aktor dibalik hubungan Iran dan Amerika, sangat lucu bila mana Iran mempersendakan resolusi PBB terkait isu nuklir, sementara Amerika tetap melanjutkan akting Charli Chaplinnya, bahwa Iran akan diajar secukupnya, serangan keatas Iran tidak dapat dihindari, Amerika siap menyerang Iran. Peristiwa ini ditutup dengan penahanan 15 marinir Inggris di Shatt al-Arab.
Penulis juga menelusuri koran-koran Iran bahwa marinir Inggris yang ditahan beberapa kali dibebaskan. Tidak berapa lama setelah dipulangkan para tentara marinirnya, Inggris pula yang membujuk Amerika agar jangan menyerang Iran. Permainan dan persekongkolan ini rupanya cukup hebat mengelabui dunia. Hakikatnya Inggris-lah yang mengajak Iran menyerang Saddam untuk membalas dendam perang delapan tahun dengan Irak.
Hari ini, Syiah di Irak dan tentara Amerika kocar-kacir menghadapi serangan sengit pejuang Sunni dari kelompok mujahidin Daulah Islamiyah Irak yang bergabung dengan Al-Qaeda, yang mana telah membuka mata semua pihak bahwa Iran dan Suriah itu bukanlah musuh sebenarnyauntuk Amerika. Mereka seringkali bertemu untuk mendapatkan dukungan Iran dan Suriah membela pemerintah Syiah Irak.
Serangan yang berulang-ulang itupun telah banyak merugikan Amerika, demi mempertahankan pemerintah yang sudah ada. Amerika berharap Iran dan Suriah mendukung tentaranya dan Syiah untuk menghadapi pejuang Sunni yang berasal dari muslim sunnah Irak, Sudan, Ikhwan Suriah, Yordania, Mesir dan Libya yang berjuang di pihak barisan al-Qaida di Irak.
Iran dibutuhkan Amerika untuk menghalang-halangi Muqtada Sadr memerintah Irak yang menggantikan Nuri al-Maliki yang akan merombakkan sistem demokrasi di Irak, hingga mengakibatkan kerugian besar bagi Amerika untuk membolot sumur-sumur minyak.
Kerjasama dengan Iran pasti menjadi prioritas Amerika. Ia adalah jawaban utama Bush ketika ditanyai oleh media dan ucapan-ucapannya di kongres. katanya, Diplomasi adalah pilihan utama kita dalam menghadapi Iran. Kata-kata ini telah lama dikumandangkan sejak isu nuklir tercetus, dibalik ocehan para jenderal Amerika yang ingin berperang melawan Iran. Terbaru, laporan koran Independent 13/4/2008, Robert Gates mengatakan – tidak mungkin kami akan menyerang Iran.
Isu nuklir Adalah menjadi hal sangat pelik dibalik isu nuklir yang sangat besar nilai kesannnya ke dunia dan keutamaannya kepada masyarakat dunia, kedua negara sanggup menepikannya demi keamanan di Irak.
Munculah pertanyaan besar di balik kondisi ini, apakah Amerika telah memberi kesempatan kepada Iran menyiapkan nuklirnya sebelum Amerika menyerang Iran atau bahasa kampungnya mengelabui dunia, utama masyarakat muslim. Lalu mengapa bodohnya Amerika menunggu nuklir Iran siap, bukankah rencana mereka itu tidak diketahui Rusia dan Cina yang berpaham komunis dan merupakan musuh lamanya sejak dahulu. Dan penulis mendapatkan jawabannya dari ucapan Bush, Khalilzad dan Roberts Gates bahwa Amerika tidak akan menyerang Irak dan akan mengutamakan diplomasi ketika berhadapan dengan Iran.
Lalu senjata nuklir Iran itu untuk siapa? Khalilzad mengatakan Amerika bersedia bekerjasama dengan Iran jika negara-negara Arab memboikot Iran dalam isu terkait Irak. Apakah senjata itu untuk negara-negara Arab? Apakah Syiah di Libanon hari ini menandakan titik mula penguasaan Amerika bersama Iran di Timur Tengah? Wallahu A’lam! 
Sumber : Islampos.com

Tidak ada komentar: