Ketika isu nuklir semakin gencar dan Russia dengan giatnya membantu
Iran membuat senjata itu, media Barat diam-diam menyembunyikan isu
tersebut. Beritanya pun jarang terdengar, bahkan tidak menjadi perhatian
sama sekali oleh para penganalisis politik Timur Tengah disana.
Sebelumnya, kebanyakan analis begitu bersemangat untuk merealisasikan
teori mereka atas serangan Amerika terhadap Iran akan terjadi. Dan hal
itu sudah tidak mengherankan lagi karena begitu sangat populernya di
Barat.
Bahkan dalam tulisan mereka, para jenderal Amerika sendiri begitu
berapi-api nya mengatakan tentang isu nuklir. Menurut analis, para
jenderal Barat telah menetapkan tanggal untuk melakukan serangan ke
Iran.
Siapa pun yang membaca tulisan para analisis Timur Tengah itu, pasti
terpesona dan percaya tanggal tersebut, tapi kini tanggal serangan itu
hanya menjadi lelucon saja dan berlalu dengan kebohongan yang nyata.
Benarkah Iran akan diserang? Dengan faktor yang berbeda antara Iran
dan Irak, Iran tidak mungkin melakukan serangan terkecuali di Irak dan
negara-negara Arab yang sudah tidak memiliki cadangan minyak, dan
kondisi pada saat itu selalu dan hanya Iran saja yang menyimpan bahan
bakar itu. Itulah faktor terbesarnya.
Mari kita tengok sejarah, tidak ada ceritanya Syiah akan berperang
melawan Yahudi Kristen. Dalam perang Salib, Salahuddin al-Ayyubi telah
merasakan perbuatan cela Syiah Fatimiah yang bersekongkol dengan
kekuasaan Kristen ketika itu. LaluDaulah Utsmaniyah di Turki, yang
begitu lama berperang dengan Syiah Safawiyyah Imamiyyah di utara Iran
yang berbasis di Tabriz. Lihatlah pengkhianatan pemimpin Syiah di India
terhadap muslim sunnah di benua itu yang bekerjasama dengan Inggris.
Kasus Afganistan dan Irak seharusnya menjadi bahan yang sangat
penting bagi para analis dalam mengkaji hubungan antara Iran dan
Amerika. Malah lebih mendalam mengenai hubungan Iran dengan Israel. Kini
pengakuan demi pengakuan muncul, media-media telah mengungkap rahasia
di balik permusuhan sebenarnya antara Iran dan Amerika/Yahudi.
Dimulai satu isu yang menjadi kontroversi hingga kini, ketika terjadi
perang Iran-Irak dahulu, Amerika menjual senjatanya kepada Iran melalui
tangan Israel, sangat mengherankan, tidak seorang pun analis politik
mengomentari isu yang begitu panas di Amerika, yang melibatkan hampir
separuh dari pejabat -pejabat di era Bush.
Berita itu sepertinya tidak mengherankan, karena saat itu Saddam
adalah sekutu utama Amerika sedangkan Iran sebagai musuh utama Amerika
bertindak sewajarnya, bahkan tidak pernah berhubungan dengan Amerika.
Kontribusi Iran yang begitu sangat besar kepada Presiden Amerika,
membuat Iran yang didaulat sumbu kejahatan dan musuh pertama Amerika
sampai hari ini tidak pernah menerima sebiji bom pun dari Amerika.
Sebaliknya kejahatan Saddam terhadap Iran pada perang teluk dahulu
menjadi alasan terkuat untuk Amerika menobatkan kekuatan Syiah di Irak
pada 20 April 2003 sampai hari ini.
Fakta yang dikemukakan bukanlah omong kosong atau rekaan belaka.
Mantan Wakil Presiden Iran Mohd Ali al-Abtahi pun pernah berkata: “Jika
tidak karena Iran, Kabul dan Baghdad tidak akan jatuh ke tangan
Amerika”.
Pada 2 Februari 2008, Duta Amerika untuk PBB yang juga mantan Duta
Serikat untuk Irak yang sangat populer ketika itu, Zalmay Khalilzad,
merupakan salah seorang pengatur skenario serangan terhadap Irak. Ia
mengaku kontribusi Iran terhadap jatuhnya Afghanistan dan Baghdad adalah
kerjasama antara Iran dan Amerika, bahkan beliau sendiri merupakan juru
runding antara kedua pemerintahan tersebut.
Ternyata, kita telah diperdaya oleh media-media Barat, yang katanya
Iran telah menolong dan melindungi pejuang Taliban dan Al-Qaeda. Tetapi
mengenai ini dijelaskan dengan rinci oleh pejabat-pejabat NATO di
Afghanistan bahwa Iran tidak pernah membantu pejuang Taliban.
Sudah amatlah tegas, bahwa Iran begitu sangat membenci Taliban. Bagi
Iran Taliban Afghanistan merupakan pejuang Sunnah sejati, di atas aqidah
dan pegangan itulah Iran sebagai Syiah benar-benar sangat membencinya.
Orang-orang di luar sana mungkin menganggap fakta ini adalah
provokasi antara Sunni dan Syiah. Itu berdasarkan semata-mata karena
kedangkalan dan tidak mau tahu tentang siapa Syiah sebenarnya.
Bukti nyata lainnya, yakni pertemuan antara Presiden Afghanistan
Hamid Karzai dan Manushehr Muttaki, Menlu Iran, Presiden Afghan
menjelaskan secara gamblang perbuatan Iran bersama Amerika untuk
melenyapkan Afghanistan. kemudian Muttaki mengkonfirmasikannya dengan
rinci.
Satu kondisi agak pelik, dimana Iran bermusuhan dengan Amerika tetapi
bekerjasama erat dengan Hamid Karzai di Afghanistan dan Nuri al-Maliki
di Irak, termasuk juga dengan pemerintah India untuk kerjasama nuklir.
Perjanjian Bonn atau Bonn Conference telah mencatat dengan baik
kemesraan Amerika dan Iran untuk melenyapkan Taleban Afghanistan.
Di Irak kerjasama antara Iran dan Amerika sudah bukan rahasia lagi
bagi analis barat. Bekas Menlu Inggris, Jack Straw merupakan penghubung
antara Inggris dan Amerika untuk membujuk Hashemi Rafsanjani sebelum
serangan 2003. Amerika merupakan konektor nyawa partai-partai Syiah
seperti SCIRI dan Partai da’wa Islamiyyah begitu juga Kurdi sekuler saat
Saddam berkuasa. Pemimpin SCIRI, Mohamad Baqir al-Hakim dan saudaranya
Abd. Aziz al-Hakim berada dalam pengasingan di Iran. merekan disponsori
oleh Amerika melalui Ahmad Chalabi, Syiah tali barut Amerika di London
yang selalu berulang kali ke Iran.
Dan hari ini mayoritas tampuk kekuasaan pemerintahan Irak adalah
Syiah. Mayoritas tentaranya juga Syiah. Ratusan ribu orang Sunni telah
dihalau setiap bulannya oleh Syiah, sepert laporan yang dilansir oleh
PBB. Pembersihan etnis Sunni sendiri didalangi kelompok milisi Syiah dan
Tentara Mehdi.
Media menghebohkan serangan antara tentara Mehdi dan para penjajah
tetapi yang terbunuh malah puluhan ribu penduduk Sunni. Itulah cerita
sebenarnya di Fallujah. Dunia sepertinya melupakan Fallujah, kawasan
ulama-ulama Sunni. Hakikatnya, memang benar tentara Mehdi bertemu dengan
tentara penjajah tetapi disusul dengan intervensi pemerintah Syiah yang
mana pengikut-pengikut Muqtada Sadr adalah antara kelompok terbesar
dalam pemerintah Irak.
Perdamaian pun akhirnya terjadi antara Syiah dan para penjajah,
tetapi Ahli Sunnah yang menjadi korbannya. Pengakuan pejabat pemerintah
Irak hari ini, bahwa mayoritas terbesar dalam penjara Irak adalah kaum
Sunni.
Pokok persoalannya ketika itu adalah kemana perginya Suriah, yang
dimomokkan sumbu kejahatan bersama Korea Utara dan Iran? Kemana pergi
Suriah yang dinyatakan korban setelah Irak? Benarkah Iran adalah korban
berikutnya setelah Suriah lenyap tanpa berita? penulis yang selalu
mengikuti permainan media dan aktor-aktor dibalik hubungan Iran dan
Amerika, sangat lucu bila mana Iran mempersendakan resolusi PBB terkait
isu nuklir, sementara Amerika tetap melanjutkan akting Charli
Chaplinnya, bahwa Iran akan diajar secukupnya, serangan keatas Iran
tidak dapat dihindari, Amerika siap menyerang Iran. Peristiwa ini
ditutup dengan penahanan 15 marinir Inggris di Shatt al-Arab.
Penulis juga menelusuri koran-koran Iran bahwa marinir Inggris yang
ditahan beberapa kali dibebaskan. Tidak berapa lama setelah dipulangkan
para tentara marinirnya, Inggris pula yang membujuk Amerika agar jangan
menyerang Iran. Permainan dan persekongkolan ini rupanya cukup hebat
mengelabui dunia. Hakikatnya Inggris-lah yang mengajak Iran menyerang
Saddam untuk membalas dendam perang delapan tahun dengan Irak.
Hari ini, Syiah di Irak dan tentara Amerika kocar-kacir menghadapi
serangan sengit pejuang Sunni dari kelompok mujahidin Daulah Islamiyah
Irak yang bergabung dengan Al-Qaeda, yang mana telah membuka mata semua
pihak bahwa Iran dan Suriah itu bukanlah musuh sebenarnyauntuk Amerika.
Mereka seringkali bertemu untuk mendapatkan dukungan Iran dan Suriah
membela pemerintah Syiah Irak.
Serangan yang berulang-ulang itupun telah banyak merugikan Amerika,
demi mempertahankan pemerintah yang sudah ada. Amerika berharap Iran dan
Suriah mendukung tentaranya dan Syiah untuk menghadapi pejuang Sunni
yang berasal dari muslim sunnah Irak, Sudan, Ikhwan Suriah, Yordania,
Mesir dan Libya yang berjuang di pihak barisan al-Qaida di Irak.
Iran dibutuhkan Amerika untuk menghalang-halangi Muqtada Sadr
memerintah Irak yang menggantikan Nuri al-Maliki yang akan merombakkan
sistem demokrasi di Irak, hingga mengakibatkan kerugian besar bagi
Amerika untuk membolot sumur-sumur minyak.
Kerjasama dengan Iran pasti menjadi prioritas Amerika. Ia adalah
jawaban utama Bush ketika ditanyai oleh media dan ucapan-ucapannya di
kongres. katanya, Diplomasi adalah pilihan utama kita dalam menghadapi
Iran. Kata-kata ini telah lama dikumandangkan sejak isu nuklir tercetus,
dibalik ocehan para jenderal Amerika yang ingin berperang melawan Iran.
Terbaru, laporan koran Independent 13/4/2008, Robert Gates mengatakan –
tidak mungkin kami akan menyerang Iran.
Isu nuklir Adalah menjadi hal sangat pelik dibalik isu nuklir yang
sangat besar nilai kesannnya ke dunia dan keutamaannya kepada masyarakat
dunia, kedua negara sanggup menepikannya demi keamanan di Irak.
Munculah pertanyaan besar di balik kondisi ini, apakah Amerika telah
memberi kesempatan kepada Iran menyiapkan nuklirnya sebelum Amerika
menyerang Iran atau bahasa kampungnya mengelabui dunia, utama masyarakat
muslim. Lalu mengapa bodohnya Amerika menunggu nuklir Iran siap,
bukankah rencana mereka itu tidak diketahui Rusia dan Cina yang berpaham
komunis dan merupakan musuh lamanya sejak dahulu. Dan penulis
mendapatkan jawabannya dari ucapan Bush, Khalilzad dan Roberts Gates
bahwa Amerika tidak akan menyerang Irak dan akan mengutamakan diplomasi
ketika berhadapan dengan Iran.
Lalu senjata nuklir Iran itu untuk siapa? Khalilzad mengatakan
Amerika bersedia bekerjasama dengan Iran jika negara-negara Arab
memboikot Iran dalam isu terkait Irak. Apakah senjata itu untuk
negara-negara Arab? Apakah Syiah di Libanon hari ini menandakan titik
mula penguasaan Amerika bersama Iran di Timur Tengah? Wallahu A’lam!
Sumber : Islampos.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar